Perihal Cita - Cita

Tuesday, February 28, 2012

Puji syukur sudah selayaknya dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat kasih dan karuniaNya saya masih bisa dan boleh menulis artikel ini. Terima kasih yang spesial juga kepada Bapak Hadi Hariyono selaku dosen mata kuliah pengantar sistem telekomunikasi dan motivator sekaligus pembimbing yang dengan bijak memberikan tugas ini sebagai pengingat agar tidak telat lagi. Yah semoga bermanfaat bagi semua.
Semua orang di dunia ini pasti memiliki cita – cita, entah dari orang tua hingga anak – anak . Tapi kadang keinginan itu belum bisa tergapai secara seluruhnya, entah karena kurangnya hasrat atau keadaan yang memaksa kita menunda mencapai cita – cita itu. Ketika kecil, saya bercita – cita sebagai polisi. Hal yang lumrah karena selain tidak ada yang melarang, temen-temen satu RT juga ada beberapa yang bercita-cita sama dengan urang. Kami sering bermain polisi-polisian, perang-perangan dan lempar-lemparan tanah .Udaah rada lupa mainnya dulu seperti apa tapi asyik lah. Pulang ke rumah selalu dimarahin karena badan amburadul, sangat kotor berantakan. Kadang sisir yang ada dirumah sering dijadikan seolah-olah seperti pistol .”Tus, tus, tus,.. Dar, dar, dar dar….” Begitu nada keluar dari mulut sambil menembak ke segala arah. Cita – cita ku juga banyak sekali waktu itu. Ingin punya banyak duit, mobil yang mewah dan berharga mahal, rumah kelas bintang lima dan segala macem deh yang berbau kenikmatan duniawi, sekejap mata dan tidak abadi. Ada – ada aja emang tapi begitu lah ,namanya juga anak – anak.

Seiringnya waktu berjalan, bertambah nya usia membuat saya mereka ulang apa yang disebut cita-cita. Setidaknya untuk 5 tahun kedepan. Cita-cita bukannya hanya sekedar pekerjaan apa yang diperoleh jika besar nanti atau jabatan apa yang ingin digapai. Cita-cita ku pun berubah, bukan lagi fokus menjadi polisi atau harta kekayaan tapi ingin menjadi orang yang sukses dan bisa membahagiakan kedua orang tua ku. Tidak mengecewakan hati mereka yang telah bersusah payah membesarkan ku dan menyekolahkanku jauh-jauh keluar pulau. Emang kadang terlihat sepele tapi bagaimana cara kita mewujudkannya kadang menemui berbagai macam rintangan. Kadang ada juga yang merasa sudah pintar dan expert berpikiran sudah cukup untuk membahagiakan kedua orang tuanya tetapi akhlak maupun budinya sangat tidak baik, tentunya bukanlah hal yang diharapkan. Jika suatu saat nanti aku lulus dan bekerja, ku udah berjanji dalam diri sendiri penghasilanku akan ku berikan kepada mereka kurang lebih 40% nya lah. Menjaga silahturahmi yang baik dengan mereka, ada disamping mereka ketika mereka sakit atau membutuhkan seseorang temen jika udah lansia nanti dan memberikan sesuatu yang spesial kepada mereka dari hasil kerjaku adalah cita – cita besarku yang ingin ku capai kelak. Kalau suksesnya itu sendiri bagi ku mendapat kerja yang baik dan halal walaupun penghasilannya kecil sudah dibilang sukses lah jika dibanding mereka yang belum pada dapet pekerjaan. Menjadi orang yang berguna dan tidak mengacau bagi lingkungan masyarakat dan negara merupakan definisi lain dari sukses itu sendiri bagi ku.

Mungkin itulah cita – cita ku yang bisa sedikit dibagikan pada kesempatan ini. Mohon maaf jika ada kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja dan . Akhir kata saya ingin mengucapkan terima kasih kepada saudara – saudara sekalian dan pak dosen tentunya.

Stefanus Pakpahan


MBTI I


111400370

Share This Post