Mimpi Saya di Lima Tahun Kedepan

Wednesday, March 28, 2012

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Swt karena atas izinNya lah saya sampai hari ini masih dapat hidup dan menulis di blog ini. Terima kasih saya ucapkan sebesar besarnya kepada Bapak Hadi yang telah memberi saya kesempatan menuangkan ide ide saya di dalam blog kelas tercinta ini

Lima tahun, waktu yang terlihat lama, namun sungguh sangat singkat terasa bila telah kita lewati. Bagaimana saya 5 tahun kedepan? Manusia boleh berencana, namun Tuhan lah yang memutuskan. Sebelum saya bercerita 5 tahun kedepan, sebelumnya izinkan lah saya mengungkapkan keinginan saya yang paling pertama : Lulus dari IM Telkom tepat waktu. Tidak terlalu cepat, tidak juga terlalu lambat, dan saya menargetkan 4 tahun dari pertama kali saya memulai pendidikan saya di IM Telkom saya sudah keluar dari kampus ini, dengan membawa gelar tentunya. Dan setelah lulus, InsyaAllah saya ingin mencari kerja yang penghasilannya akan saya sisihkan untuk menjadi modal awal dalam cita cita saya : Wirausahawan.


Singkat cerita setelah lulus dan bekerja, tibalah tahun 2017 (5 tahun dari waktu saya menulis blog ini). Kembali saya tekankan, "Bila diizinkan olehNya" sungguh sangat ingin saya di tahun ini sudah bisa memulai bisnis pertama saya. Mungkin saya memilih ternak lele sebagai awal yang InsyaAllah, bisa berkembang dan berjalan dengan baik. Saya akan mencari lahan murah di pinggiran kota, membelinya, kemudian menyulapnya menjadi tempat tinggal sumber pencarian saya : Tuan Lele. Wuzzz~ kolam pun jadi, air pun terisi. Bibit bibit lele mungil namun tidak menggemaskan, saya tuangkan kedalam kolam. "Cepat besar sayang, cepat besar sayang," lantun saya dalam hati.

Empat bulan berlalu, dan dipagi hari yang cerah, saya dibangunkan oleh dering telepon genggam yang tergolek disamping bantal. BAPAK HADI MEMANGGIL.... itulah kata kata yang muncul di layar kecil beriring dengan nada yang berbunyi. Saya angkat telepon tersebut, berbincang bincang menanyakan kabar karena lama tak bertemu, dan diakhiri dengan pemesanan besar besaran oleh Bapak Hadi (Dosen Sistel saya saat masih berkuliah di IM Telkom). Rejeki memang tidak kemana. Tidak tanggung tanggung, 1001 ekor lele dipesan Pak Hadi yang ingin mengundang 1001 anak yatim di acara syukurannya karena telah berhasil mendapatkan gelar Profesor 2 hari lalu. Saya bergegas bangun, mandi, kemudian langsung berlari menuju kolam saya. Pekerja pekerja kolam langsung saya perintahkan untuk memanen lele yang sudah dewasa.

Lele lele diangkat keatas, dihitung, kemudian dipindahkan ke gudang penyimpanan sebelum akhirnya akan dikirim ke Pak Hadi. Saya mulai cemas, ketika hitungan sampai ke angka 955, kolam sudah mulai kelihatan sepi. Sungguh sedih bila lele tidak sampai ke jumlah yang diinginkan Pak Hadi, karena mungkin Pak Hadi akan kecewa. Kembali lagi saya ucapkan, rejeki tidak kemana. Alhasil setelah lele dinaikkan semua, jumlahnya terhitung 1002 ekor, hanya beda 1 ekor dari jumlah pesanan. Tanpa pikir panjang, saya culik 1 ekor lele yang beruntung tersebut untuk segera dipindahkan kekolam minyak. Alhamdulillah, sarapan saya nikmat pagi ini.

Keesokan hari saya bangun lebih awal, bergegas mandi dan berpakaian formal. Ya, hari ini acara syukuran Pak Hadi akan berlangsung di rumah beliau. Pakaian sudah rapi, lengkap dengan dasi. Saya ke garasi untuk memanaskan motor. Sembari menunggu, saya kembali melihat penampilan saya. Jas mengkilap, dasi licin, celana kain. Spontan saya merogoh kantong, menghitung uang. Senyuman kecil menghiasi wajah. Motor saya matikan, telepon genggam saya keluarkan. "Tut tit tat tut tut tut tut tit" beberapa digit angka saya tekan disambut dengan bunyi "tuuut..tuuut" yang kemudian disusul suara berat seorang pria. Beberapa menit setelah percakapan, taxi berwarna biru muda datang menjemput.

Taxi berhenti kira kira 100 meter dari rumah Pak Hadi. Saya turun dan membayar ongkos sesuai tarif yang ditampilkan di argo. Jalan kearah rumah Pak Hadi tampak padat. Kiri, kanan, kulihat saja, banyak kendaraan menepi. Sesampai saya digerbang, tampak 3 orang yang wajahnya sangat familiar, berbincang dengan logat sunda yang begitu kental di gendang telinga. Ketiganya menatap saya, dan beberapa detik kemudian kami sudah saling merangkul dan tertawa sekeras kerasnya, menimbulkan perhatian dari tamu tamu disekitar kami. Ya, mereka adalah Daka, Reno, dan Arif, teman sekelas saya di Semester 1 dan 2 saat masih duduk di bangku IM Telkom. Bercengkrama, bercerita panjang lebar, dan akhirnya saya dapat menyimpulkan bahwa mereka telah sukses meniti karir. Daka berhasil melebarkan usaha kaos nya yang dahulu bernama JK Polos menjadi butik yang kini bernama MLM Butik. Reno dan Arif tidak kalah sukses. Kemampuan keduanya dalam menggocek bola membawa mereka terbang lintas negara untuk bertanding di kejuaraan futsal Internasional. Bertukar nomor telepon, saya pamit untuk menjumpai Pak Hadi yang kata Daka sedang berada didalam rumahnya.

Suasana didalam rumah Pak Hadi tidak kalah padat. Puluhan orang orang berwajah pintar berkumpul didalam. Dari hasil menguping, saya mendapatkan bahwa mereka mereka ini adalah calon calon Profesor yang berencana melanjutkan study di luar negeri. Berjalan agak kedalam lagi, akhirnya mata saya memutuskan bahwa orang yang tepat didepan saya saat ini adalah Pak Hadi. Yap, tidak salah lagi. Saya langsung menyalam beliau, mengucapkan terima kasih kemudian berbincang. Selesai berbicara panjang lebar, beliau menyalamkan secarik kertas ditangan saya. "Bukalah kertas ini begitu Ananda tiba dirumah," bisik beliau disusul dengan senyum khas yang dahulu saya lihat tiap Selasa pagi di ruang 2D. Penasaran hati ini, namun amanah harus lah dijalankan. Kertas tersebut saya masukkan kedalam saku celana. Siang hari tiba, 1001 anak yatim turun dari tunggangan besi yang mengangkut mereka, kemudian masing masingnya duduk di lapangan bola yang sudah berlapiskan tikar, tepat di seberang rumah Pak Hadi. Dibagikanlah makanan untuk siang hari yang panas itu. Kepala saya turunkan, sembari mengusapkan kedua telapak tangan ke wajah. Alhamdulillah, lele lele saya mendapat giliran mengisi perut mereka hari ini.

Malam hari, saya telah sampai dirumah. Pakaian saya tanggalkan, melemparnya kedalam keranjang. Celana yang masih rapi saya lipat dan disimpan kembali dalam lemari. Gerah badan akibat tidak terbiasa memakai jas, sekejap hilang selepas mandi. Waktu menunjukkan jam 9 malam, namun mata sungguh terasa berat. Langkah saya arahkan lurus ke tempat tidur, dan langsung terbaring ketika bantal dan guling menyambut saya diatasnya. Pandangan buram, dan lama kelamaan sensasi melayang mulai terasa. Wush! Mata terbuka buka lebar lebar, tubuhku refleks terduduk ditempat tidur. Bergegas saya bangkit dan berlari ke lemari. Celana tadi siang, celana tadi siang! Saya rogoh kantong belakang, saya buka secarik kertas dari Pak Hadi. Perlahan lahan saya buka, penuh rasa penasaran. Kertas sudah terbuka sepenuhnya, 12 nomor berawalkan 081 ditulis dengan tinta hitam. Apa ini? Namun semua pertanyaan terjawab ketika saya membaca goresan tinta merah dibawah nomor tersebut.

 "Kirimkan rekeningmu ke nomor baru saya ini, nak. Uang lele akan saya kirimkan segera setelah saya terima nomor rekening kamu. Terima kasih untuk lelenya. 6 bulan lagi petinggi PT Telkom mengadakan acara besar besaran, dan beliau sudah memutuskan untuk memesan lele dari kamu. Tambah kolammu, Nak, karena beliau bisa saja memesan dua kali lipat dari jumlah pesanan saya. Sukses selalu!"

Sekarang saya tahu alasan Pak Hadi menyuruh membuka kertas ini setiba dirumah. Ya, beliau takut saya berteriak teriak seperti orang tertimpa durian, durian yang tak berduri dan berisikan Rupiah di acara beliau tadi. Hati bergejolak, jantung berdetak. Lompat, lompat, berteriak kesenangan. Tepat pada lompatan kelima, kaki terbelit dan.. DUG!!!!! Oh tidak, sekarang sudah jam 7.20, dan ini...ini....ini hari selasa! Pelajaran Sistel sudah dimulai 20 menit yang lalu, dan setetes air pun belum membasahi wajah ini! Bergegas saya kekamar mandi. Cuci muka, gosok gigi. Baju berganti, kemudian saya berlari kearah kampus dalam keadaan belum mandi, sambil mencoba mengingat ingat mimpi yang baru saja terlalui. "Tak apalah, tadi itu mimpi yang indah," kata itu terlintas dalam hati, mencoba menghibur diri.

Posted By : Aulia Ramadhan Harahap
Pembaca yang baik meninggalkan komen yang baik :)

Share This Post